Beritajawa - Juru bicara Houthi, Mohammed Abdulsalam, menegaskan bahwa serangan yang dilancarkan oleh AmerikaSerikat (AS) dan sekutunya terhadap Houthi tidak akan melemahkan Yaman, bahkan dapat memperkuat kesatuan negara tersebut. Abdulsalam menyatakan keyakinannya bahwa Yaman akan tetap teguh dan bersatu dalam menghadapi tekanan eksternal.
Ia menyoroti serangan
Houthi yang semakin intensif terhadap kapal yang diduga terkait dengan Israel
di Laut Merah, dengan tujuan membela rakyat Palestina. Abdulsalam menyampaikan
bahwa sikap AS di Timur Tengah mencerminkan sejauh mana upaya Washington dalam
mendukung tindakan keras Israel di Jalur Gaza.
Pernyataan ini
menggambarkan pandangan Houthi terhadap serangan asing dan menegaskan komitmen
mereka terhadap isu-isu regional, khususnya dukungan terhadap Palestina.
Sementara Houthi bersikeras bahwa tekanan dari AS dan Inggris tidak akan
mengubah posisi Yaman, pernyataan tersebut juga mencerminkan dinamika kompleks
dalam geopolitik regional yang terus berkembang.
Pertempuran Houthi VS
Amerika Serikat di Laut Merah
Laporan terbaru dari Al
Jazeera menyebutkan bahwa Houthi telah melancarkan serangan terbaru terhadap
dua kapal AS, yaitu Sea Champion dan Navis Fortuna, di Teluk Aden pada Senin
(19/2/2024). Serangan tersebut menggunakan rudal kapal angkatan laut sebagai
metodenya. Pada hari yang sama, Houthi juga mengklaim menargetkan kapal kargo
Inggris dan berhasil menembak jatuh sebuah drone AS di wilayah Yaman.
Juru bicara militer
Houthi, Yahya Saree, menyatakan bahwa kapal kargo Rubymar mengalami kerusakan
parah dan terhenti total akibat serangan tersebut. Dampak kerusakan parah
tersebut membuat kapal tersebut berisiko tenggelam di Teluk Aden. Saree
menegaskan bahwa selama operasi, Houthi memastikan awak kapal keluar dengan
selamat.
Houthi juga
mengindikasikan perluasan target serangan mereka, seiring dengan klaim
sebelumnya yang hanya menyasar kapal milik Israel. Serangkaian serangan
terhadap kapal AS, Inggris, dan Israel menunjukkan eskalasi ketegangan di
kawasan tersebut, yang dapat memperumit dinamika geopolitik di Timur
Tengah.
Agresi Amerika dan
Inggris di Laut Merah
Pasukan koalisi yang
terdiri dari Amerika Serikat dan Inggris dilaporkan meningkatkan intensitas
serangan mereka terhadap kelompok Houthi di Yaman dengan justifikasi utama
untuk mengamankan jalur maritim internasional. Serangan terbaru ini datang
segera setelah Amerika Serikat meluncurkan serangkaian aksi militer di Yaman
pada hari Sabtu sebelumnya.
Dalam operasi tersebut,
Amerika Serikat melibatkan lima serangan yang melibatkan tiga rudal jelajah
anti-kapal bergerak, satu kapal permukaan tak berawak, dan satu kapal bawah air
tak berawak (UUV). Pusat Komando AS (CENTCOM) secara tegas menyatakan bahwa
rudal dan kapal-kapal tersebut dianggap sebagai ancaman serius terhadap kapal
Angkatan Laut AS dan kapal dagang yang beroperasi di wilayah tersebut.
Tindakan koalisi AS dan
Inggris ini tampaknya menjadi respons terhadap ancaman yang diidentifikasi oleh
pihak AS dan Inggris, dengan fokus pada perlindungan jalur maritim
internasional. Meskipun alasan resmi serangan tersebut adalah untuk mengamankan
jalur pelayaran, tindakan ini dapat dilihat sebagai bagian dari upaya lebih
luas untuk menanggapi dinamika politik dan konflik yang tengah berkembang di
kawasan tersebut.
Situasi ini menyoroti
kompleksitas konflik di Timur Tengah, di mana rivalitas dan ketegangan antara
kekuatan regional dan global menciptakan kondisi yang sangat dinamis dan sulit
diprediksi. Dengan intensifikasi serangan dan respon yang semakin kompleks,
dampak terhadap stabilitas regional dan hubungan geopolitik secara keseluruhan
menjadi semakin sulit untuk dinilai dengan pasti.
Dampak Blokade Houthi di
Laut Merah
Terusan Suez, yang
menyumbang sekitar 15 persen dari perdagangan dunia, kini menghadapi hambatan
serius akibat blokade yang dilakukan oleh kelompok Houthi. Dampak dari situasi
ini semakin terasa karena banyak kapal kontainer, sekitar 90 persen menurut
Peter Sand, kepala analis di perusahaan data angkutan laut dan udara Xeneta,
kini mengalihkan jalur pelayaran mereka melalui Afrika bagian selatan.
Pengalihan jalur
pelayaran ini, khususnya menuju Tanjung Harapan di Afrika Selatan, tidak hanya
membuat jadwal pengiriman menjadi lebih lama, tetapi juga meningkatkan biaya
angkut secara signifikan. Sebagai hasilnya, kekhawatiran muncul terkait potensi
lonjakan harga barang, yang dapat berdampak pada inflasi secara global.
Sekitar seperempat dari
total kapal curah, yang mengangkut kargo kering dalam jumlah besar seperti
biji-bijian atau semen, dan seperempat kapal tanker yang membawa minyak atau
gas alam, dilaporkan telah memilih jalur alternatif di sekitar ujung selatan
Afrika. Situasi ini menciptakan tantangan besar bagi rantai pasokan global,
memperpanjang waktu pengiriman, dan meningkatkan ketidakpastian ekonomi
global.
Kondisi ini memberikan
gambaran tentang sejauh mana ketegangan regional dan konflik dapat memberikan
dampak signifikan pada perdagangan dunia dan ketidakstabilan ekonomi secara
keseluruhan. Upaya diplomasi dan penyelesaian konflik menjadi semakin penting
untuk mengatasi risiko dan memitigasi dampak yang dapat merugikan stabilitas
ekonomi global.
0Comments